Kalimat aktif adalah Kalimat yang subjeknya melakukan
pekerjaan atau melakukan perbuatan.
Ciri-ciri :
- Subjeknya sebagai pelaku. Syifa membaca buku. (Syifa sebagai pelaku)
- Predikatnya berawalan me- atau ber-.
- Predikatnya tergolong kata kerja.
Contoh :
1. Nabila Nur Syifa membaca buku.
2. Pemuda itu bermain bola.
3. Adik mandi di kolam renang.
Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau dikenai perbuatan.
Ciri-ciri :
- Subjeknya sebagai penderita.
- Predikatnya berawalan di-, ter-, atau ,ter-kan.
- Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata kerja yang kehilangan awalan).
Kalimat
adalah gabungan dari beberapa kata yang mengungkapkan suatu maksud. Secara
lisan, kalimat diiringi dengan nada bicara, jeda dan intonasi. Secara tertulis,
kalimat ditandai dengan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai.
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
- Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
- Awalan me- diganti dengan di-.
- Tambahkan kata oleh di belakang predikat. Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif) Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
- Jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan. Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif) PR harus kukerjakan. (pasif)
Sebuah kalimat haruslah mempunyai
objek yang dikajinya,akan tetapi ada beberapa kalimat apabila dalam sebuah
kalimat tidak memerlukan objek di karenakan tidak lazim apabila
ditujukan.seperti, kalimat berikut ini,
"Ibu Aminah sudah melahirkan" dianggap sempurna walaupun tidak
mengandung objek. Kalimat ini malah akan terkesan lucu atau tersinyalir mengejek
jika dibubuhi objek, "Ibu Aminah sudah melahirkan anak", karena tidak
lazim.
Objek adalah sesuatu yang mengalami
atau menderita atas apa yang disebutkan oleh sebutan kalimat (predikat).
Demikianlah definisi objek menurut tata bahasa tradisional. Bagi orang yang
pernah belajar salah satu bahasa secara ilmiah, lebih afdol menyimak pula
definisi objek menurut tata bahasa struktural, yaitu objek adalah apa/siapa
yang pada kalimat pasif akan menjadi subjek. Ya, dalam hal ini kita memang
diharapkan telah memahami perbedaan kalimat aktif dan pasif.
Untuk menguji apakah
"anak" pada kalimat di atas memang betul-betul objek, kita dapat
mencoba menyusun bentuk pasifnya. Hasilnya, "Anak sudah dilahirkan Ibu
Aminah". Kalimat terakhir ini terasa janggal dan aneh, tetapi strukturnya
betul. Contoh-contoh pasangan "predikat-objek" lain yang objeknya
tidak secara eksplisit dimunculkan cukup banyak, misalnya "menyakitkan
(hati)", "memusingkan (kepala)", atau "menghanyutkan
(perasaan)".
Bentuk-bentuk pasif
pasangan-pasangan itu adalah "hati disakitkan", "kepala dipusingkan",
dan "perasaan dihanyutkan".
Tentu kita tidak dapat menyalahkan
kalimat yang bentuk atau maknanya aneh semata-mata berdasarkan perasaan.
Analisis di atas sudah benar. Sekarang hanya ada dua pilihan. Pertama,
menyimpulkan bahwa apabila objek sebuah kalimat aktif disembunyikan, penuturnya
memang bersiasat supaya kalimatnya tidak muncul atau direkayasa menjadi
berbentuk pasif. Kedua, menganulir jabatan objek pada pasangan
"predikat-objek" tertentu yang riskan muncul dalam bentuk pasif dan menganggapnya
bukan berjabatan objek, melainkan pelengkap. (Jadi, kata-kata "anak",
"hati", "kepala", dan °perasaan" pada konstruksi
"melahirkan anak", "menyakitkan hati", "memusingkan
kepala", dan "menghanyutkan perasaan" di atas disatukan
berjabatan pelengkap.)
Unsur kalimat yang menjabat sebagai pelengkap
bersifat opsional kemunculan dan pemunculannya. Salah satu kalimat contoh yang
amat sering ditampilkan dan kemudian dianggap salah adalah "Rumah kami
dilempari batu". Disebut salah sebab jika dijadikan kalimat aktif, kalimat
itu dapat/mungkin berbunyi "Batu melempari rumah kami". Begitulah,
bila pelengkap kalimat keliru dikenali sebagai pelaku (atau kesempatan lain
sebagai objek sebagaimana kasus di atas sebelum ini).
Kalimat "Rumah kami dilempari
batu" sebenarnya harus diuraikan jabatan kalimatnya menjadi: rumah kami =
subjek; dilempari = predikat; batu = pelengkap. Kata "batu" tak dapat
menjadi subjek bila kalimat itu direkayasa menjadi kalimat aktif. Lantas di mana
pelaku dalam kalimat itu? Disembunyikan atau tersembunyi! Kalimat pasif memang
sering tampil tanpa jabatan pelaku.
Perhatikan, kalimat-kalimat pasif berikut ini
sama sekali tak mensyaratkan munculnya pelaku: "Rumah kami
dilempari", "Tanah itu sudah dijual", atau "Dapur sedang
dibersihkan". Kemudian perluas kalimat-kalimat itu dengan pelengkap dan
ujilah. Apakah kalimat-kalimat pasif "Tanah itu sudah dijual murah"
dan "Dapur sedang dibersihkan sekarang" layak dipaksakan tampil
menjadi kalimat-kalimat aktif "Murah sudah menjual tanah itu" dan
"Sekarang sedang membersihkan dapur", sebagaimana "Rumah kami
dilempari batu" direkayasa menjadi "Batu melempari rumah".
Tag :
Linguistik
0 Komentar untuk "Pengertian, Ciri-ciri Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif"