Implementasi pengalaman belajar.

Kalimat Berdasarkan Data Empiris



Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berwujud lisan dan tulisan, diawali dengan huruf kapital dan memunyai intonasi akhir. Kalimat terdiri atas klausa yang memunyai satuan bentuk dan satuan isi (Alwi, 1998: 311; Badudu, 1994; Kridalaksana 1985; Ramlan, 1996; Tarigan, 1989: 48).
Setidaknya, kalimat terdiri atas dua unsur pembentuknya, yakni subjek (S) dan perdikat (P). Kedua unsur tersebut selalu hadir dalam sebuah kalimat (Suparman dalam Putrayasa, 2008: 21). Contoh: Syifa menulis. Pada contoh tersebut, Syifa sebagai subjek/ pelaku yang berpredikat menulis (melakukan pekerjaan menulis).
Selain unsur fungsional di atas, dalam kalimat juga biasanya terdapat unsur objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel). Kelimanya tidak selalu tersusun menjadi satu kalimat. Kadang-kadang terdiri atas; S-P, S-P-O, S-P-K, S-P-Pel, S-P-O-Pel, S-P-O-K. Masing-masing secara berurutan,  contoh­nya sebagai berikut.
1.      Andi siswa MTs. Bhakti Angkasa.
2.      Siswa MTs. Bhakti Angkasa meraih medali emas.
3.      Irwan paling tampan di rumahnya.
4.      Dodi menjadi pilot.
5.      Saya sarapan roti rasa durian.
6.      Sidik menyapu ruang kelas setiap pagi.
Subjek berupa nomina yang menegaskan makna atau susuatu yang dibenda­kan. Predikat berupa verba atau ajektivayang memberi keterangan atas subjek. Objek berupa verba yang selalu mengikuti predikat dalam kalimat aktif transitif (Putrayasa, 2008: 65). Pelengkap pada dasarnya sama dengan objek yang berupa nomina. Hanya yang membedakan bahwa pelengkap tidak bisa menjadi subjek akibat pemasifan kalimat. Keterangan dapat berpindah posisi di awal, tengah, dan di akhir kalimat (Suparman, 1985; Alwi, 1998). Penggunaan keterangan dalam kalimat mana suka. Biasanya keterangan berupa frasa nominal, adverbial, atau preposisional (Putrayasa, 2008: 69).
Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis kalimat, yaitu aktif dan pasif. Subjek kalimat aktif berpean sebagai pelaku yang melakukan suatu tindakan yang dikemukakan oleh predikat, sedang kalimat pasif subjek kalimatnya dikenai tindakan yang dikemukakan predikat. Contoh sederhana sebagai berikut.
a.       Guru menasihati peserta didik.  (kalimat aktif)
b.      Peserta didik dinasihati guru. (kalimat pasif)
Ada ciri yang membedakan antara kalimat aktif dan pasif. Kalimat aktif verbanya diawali dengan awalan me- atau ber-, sedangkan kalimat pasif diawali dengan awalan di- dan ter-. Seperti contoh di atas, kalimat (a) berawalan me- dengan kata dasar nasihati dan mendapat akhiran –I, sedangkan kalimat (b) berawalan di- dan mendapat akhiran –i.
c.       Aku harus mengerjakan PR. (kalimat aktif)
d.      PR harus kukerjakan. (kalimat pasif)
Pada kalimat (c), subjeknya berupa kata ganti, maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan pada kalimat pasifnya (d).
e.       Peserta didik mendiskusikan soal bahasa Indonesia. (aktif)
f.       Soal bahasa Indonesia sedang didiskusikan oleh peserta didik (pasif)
g.      Soal bahasa Indonesia sedang didiskusikan peserta didik. (pasif)
Kalimat (f) dan (g) merupakan pemasifan dari kalimat (e). Ada perbedaan dari kedua kalimat tersebut. Kalimat (f) menggunakan oleh sebagai kata hubung untuk menandai pelaku, sedangkan kalimat (g) tidak menggunakan kata “oleh”.
Kalimat (f) merupakan pemasifan yang berterima. Hal itu disebabkan banyak pemakai bahasa yang lebih sering menggunakan kalimat (f) daripada kalimat (g). Pada dasarnya, kalimat (f) adalah kalimat yang tidak baku. Hal itu disebabkan adanya pengaruh bahasa daerah, bukan bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa daerah dalam kalimat (f) ditandai dengan kata “oleh”. Sebagai contoh pengaruh bahasa daerah, sebagai berikut.
h.      Maneh teh hese lamun dibijakeun ku abdi. (Kamu itu susah kalau diberitahu oleh saya.)
i.        Eta barudak teh ngadon silisalahkeun waktu ditanya ku guru. (Itu anak-anak saling menyalahkan ketika ditanya oleh guru.)
Kalimat aktif dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif transitif, aktif intransitif. Kalimat aktif transitif berarti kalimat aktif yang predikatnya memerlukan objek untuk dikenai suatu pekerjaan/ tindakan oleh subjek. Sedangkan kalimat aktif intransitif merupakan kebalikan dari kalimat aktif transitif. Kalimat aktif intransitif tidak digunakannya objek dalam suatu kalimat.
a.       Ani membaca buku di perpustakaan.  (aktif transitif)
b.      Pelajar yang merokok mendapat poin (aktif intransitif).
c.       Guru kami memberikan tugas yang sangat banyak. (aktif transitif)
d.      Para turis mengunjungi Pulau Bali sebagai tujuan wisata. (aktif transitif)
e.       Semua laki-laki di sekolahku membersihkan wc. (aktif transitif)
f.       Hari ini pulang lebih awal. (aktif intransitif)
Kalimat aktif transitif dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu ekatransitif, dwitransitif, dan semitransitif. Pada hakikatnya, perlakuan ketiga jenis kalimat aktif transitif tersebut tidak berbeda. Masing-masing memerlukan objek. Hanya bedanya, ekatransitif memunyai objek penderita tetapi tidak ber­pelengkap, hanya mempunyai tiga unsur Subjek (S), Predikat (P) Objek (O). Dalam hal ini ada unsur bukan inti seperti keterangan tempat, waktu ,alat dan lain sebagainya. Kalimat dwitansitif memunyai satu predikat aktif dan mengharuskan kehadiran objek dan pelengkap. kalimat aktif dwitransitif mempunyai empat unsur Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel). Kalimat semitransitif adalah kalimat yang objeknya tidak dimunculkan. Apabila dimunculkan menjadi kalimat aktif ekatransitif. Kalimat semitransitif ini biasanya terdapat pada pemakaian bahasa lisan yang memungkinkan penutur dan lawan tutur mengetahui apa yang dibicarakan. Contoh:
a.       Santi membeli pena. (ekatransitif)
b.      Ibu guru sedang membuatkan siswa proposal mading. (dwitansitif)
c.       Saya sedang membaca. (semitransitif)
Kalimat aktif merpakan kalimat yang sederhana dan asli. Hal itu disebabkan belum menglami perubahan. Ada Beberapa pola pengubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif adalah:
(1) menggunakan verba berprefiks di-
(2) menggunakan verba tanpa prefiks di-.
Jika kita gunakan simbol S untuk subjek, P untuk predikat, dan O untuk objek, maka kaidah umum untuk pembetukan kalimat pasif dari kalimat aktif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Cara Pertama
(1) Pertukarkanlah S dengan O.
(2) Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.
(3) Tambahkan kata oleh di muka unsur yang tadinya S.
Contoh:
a.       Tugas itu harus diselesaikan oleh kamu dan saya.
b.      Tugas itu harus kamu dan saya selesaikan.
Pemasifan dengan cara pertama itu umumnya digunakan jika subjek kalimat aktif berupa nomina atau frasa nomina.
Cara Kedua
Adapun kaidah pembentukan kalimat pasif cara kedua itu adalah sebagai berikut.
(1) Pindahkan O ke awal kalimat.
(2) Tanggalkan prefiks meng­- pada P.
(3) Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba.
Marilah kita terapkan kaidah pemasifan cara kedua itu pada bentuk kalimat di atas.
Kalimat Aktif: “Saya sudah mencuci mobil itu.”
Kalimat Pasif:
a.       Mobil itu saya sudah mencuci (Kaidah b.1)
b.      Mobil itu saya sudah cuci. (Kaidah b.2)
c.       Mobil itu sudah saya cuci. (Kaidah b.3)
Tag : Linguistik
0 Komentar untuk "Kalimat Berdasarkan Data Empiris"

Puisi Siswa: Hujan Karya Ghiffari Ramadhan MB

Hujan Karya: Ghiffari Ramadhan MB Hujan... Jikalau engau turun Maka kami semua akan senang Sebagai tanda  rasa syukur kami kepada T...

Back To Top